Rabu, 16 Oktober 2013

Samalas Tambah "Daftar Buruk" Perilaku Gunung Api Indonesia

"Indonesia selama ini sudah dikenal dengan letusan besar. Dari Toba, Tambora, hingga Krakatau."




Hasil penelitian yang dipublikasikan di Proceeding od the National Academy of Sciences, Senin (30/9/2013), mengungkap bahwa Gunung Samalas bertanggung jawab atas erupsi misterius pada abad ke-13, memicu musim panas dingin dan gagal panen.

Berdasarkan publikasi itu, Samalas yang dahulu merupakan tetangga Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat diperkirakan meletus antara Mei hingga Oktober tahun 1257. Letusan mencapai skala 7. Sebagai perbandingan, letusan Merapi tahun 2010 mencapai skala 4. 

Dalam letusan, Samalas melontarkan materi batuan hingga 40 kilometer kubik, sementara kolom erupsi terbentuk hingga ketinggian 43 km. Debris letusan mencapai kutub yang kemudian memungkinkan ilmuwan menyimpulkan bahwa Samalas-lah yang berperan.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan bahwa hasil penelitian ini menambah "daftar buruk" perilaku gunung api di Indonesia dan juga memasukkan Samalas dalam katalog letusan besar gunung api dunia.

"Indonesia selama ini sudah dikenal dengan letusan besar. Dari Toba, Tambora, hingga Krakatau. Dan, kalau dilihat dalam skala geologi, letusan-letusan di Indonesia itu sangat recent," kata Surono.

Bagaimana bila letusan Samalas terulang? Surono mengatakan, bila letusan itu terulang pada masa modern, dampaknya tak terkirakan. Letusan Merapi saja sudah mampu membuat 1.000 orang mengungsi.

"Kalau letusan seperti Samalas terulang, yang bisa dibayangkan adalah porak poranda. Semua penerbangan lumpuh, tidak beroperasi. Kerugiannya besar," kata Surono saat dihubungi, Jumat (4/10/2013).

Menurut Surono, manusia bisa berharap bahwa letusan seperti Samalas takkan terulang. Namun, kewaspadaan tetap harus dimiliki. Karenanya, penelitian tentang sejarah letusan Samalas perlu dilakukan untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi pada masa depan.

Surono meyakini, bila gunung di suatu daerah pernah mengalami letusan besar, ada potensi anak gunung dari daerah itu juga bisa memicu letusan walau waktunya belum bisa diperkirakan.
(Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar